JAYAPURA – Perhelatan cabang olahraga (Cabor) Dayung Pekan Olahraga Nasional (PON) XX 2021 Papua, dilangsungkan di Teluk Youtefa, Kota Jayapura.
Berada di tepian Samudera Pasifik, para atlet dayung yang mengikuti ajang tersebut berhadapan langsung dengan teriknya matahari dan hembusan angin yang kerap berubah.
Salah satu yang mengeluhkan kondisi cuaca dan angin di Teluk Youtefa adalah Yaulana Amalia, pedayung asal Jawa Barat.
Menurut dia, kondisi panas di Teluk Youtefa sangat terik, bahkan suhu di atas air sempat mencapai 39 derajat Celcius.
“Panas banget sih, terus tadi pagi sempat mendung tiba-tiba sekarang panas lagi,” ujarnya di Jayapura, Senin (11/10/2021).
Mengenai kondisi angin, Yaulana mengakui bila timnya harus bekerja lebih keras menyesuaikan arah angin, terutama pada sore hari.
“Kalau di sini penghambatnya kalau jelang sore, angin dari kanan, jadi buat pedayung kanan agak susah karena pasti perahu ke kiri terus, sedangkan yang di kanan harus narik terus,” kata dia.
Hal yang sama juga dirasakan oleh Muhammad Ramadhan, pedayung asal DKI Jakarta. Menurut dia, suhu panas di Teluk Youtefa berbeda dengan di tempat asal dan latihannya.
Karenanya ia dan rekan-rekannya bisa beradaptasi dengan cepat dan menggunakan peralatan tambahan agar bisa meminimalisir dampak cuaca.
“Cuaca memang lebih panas di sini, adaptasi saja, awal-awal memang panas banget, sedikit berpengaruh ke stamina, latihan biasa tidak pakai topi sekarang harus pakai topi,” tuturnya.
Selain itu ia juga mengeluhkan kondisi angin yang kerap berubah, namun hal tersebut sudah mulai dapat dikuasai.
“Angin berubah-ubah, kadang dari depan, belakang, kanan dan kiri, tapi sekarang sudah lumayan beradaptasi,” kata Ramadhan.
Sementara pedayung asal Kalimantan Tengah, A Gunawan, juga menyampaikan hal yang sama. Bahkan ia mengaku panasnya cuaca di Teluk Youtefa cukup menguras stamina para atlet.
“Panasnya luar biasa, cukup menguras stamina,” kata dia.
Gunawan melihat kondisi angin di Teluk Youtefa menjadi tantangan tersendiri untuk seluruh atlet yang berlomba.
Bahkan saat berlomba, perahu kerap berbelok sendiri karena tertiup angin yang cukup kencang.
“Cuaca di sini berbeda dengan tampat kita latihan, di sini teluk, jadi anginnya snagat kencang. Jadi pada babak penyisihan sampai final cukup mengganggu karena anginnya sangat kencang, perahu larinya ke kiri atau ke kanan,” tutur Gunawan.
Editor | Humas PB PON XX/ Dhias/nethy ds